Entri Populer

Jumat, 02 Agustus 2013

Naui Seontaeg part 2

 Sinar matahari yang masuk ke dalam kamar tidur Hye Ri, membuat matanya membulat melongo menatap jam weker disebelah tempat tidurnya. Pukul 06.30, nampaknya hari ini ia akan terlambat lagi masuk ke sekolah. Entah hukuman apa lagi yang akan diberikan kepadanya?
  Kebiasaan buruk Hye Ri adalah sering telat bangun yang mengakibatkan ia diberi hukuman sebagai pelanggaran karena keterlambatannya ke sekolah.
  "Ommooo, sudah jam segini, ini semua karena mimpi semalam yang mengakibatkan aku telat bangun. Huaa, mana dijalan pasti macet." keluh Hye Ri sembari mengucek matanya yang masih lembab.
  Hye Ri dengan tergesa-gesa masuk ke dalam kamar mandi. Ia mandi secepat kilat sampai-sampai pakaian yang ada didalam lemarinya pun berantakan. Ibunya sampai pusing melihat anak gadisnya seperti ini.
  "Ya ampun Hye Ri, kamu itu anak perempuan tapi kelakuanmu seperti ini?" sambil memijit bagian belakang lehernya, ibu Hye Ri memarahi anak gadisnya. Bagaimana tidak, kamarnya sudah berantakan dalam hitungan detik.
 "Mianhae, eomma. Sudah pukul 06.30, aku harus bergegas ke sekolah, kalau tidak aku akan terlambat lagi." tanpa memerdulikan ibunya yang sejak tadi berceloteh melihat tingkahnya. "Eomma, aku harus buru-buru, annyeong." Hye Ri memakai sepatunya sambil memakan roti yang diambilnya dari meja makan.
  ***
  Hye Ri berlari secepat kilat agar tidak terlambat mengikuti pelajaran. Ia ingat bahwa hari ini jam perlajaran pertama adalah Kang-Seonsaengnim. Dia adalah guru tergalak yang pernah Hye Ri kenal setelah Do-seonsangnim, guru mata pelajaran matematikanya di junior high school.
  Kurang sepuluh menit pukul 07.00 waktu bel sekolah dibunyikan tanda jam pertama dimulai. Jika Hye Ri bisa naik bus ke sekolahnya maka ia tidak akan terlambat. Hye Ri memutuskan untuk menunggu bus di halte bus dekat rumahnya.
 "Hye Ri, ikutlah bersama kami, daripada nanti kamu terlambat lagi." suara Seo Yeong membuyarkan lamunan Hye Ri. Ia melihat Seo Yeong dan seorang laki-laki memakai kacamata gelap sedang mengemudi mobil.
  Bukankah itu? Ommo, Chanyeol-oppa?
  Senyum Hye Ri tiba-tiba merekah. Mimpi apa dirinya semalam sehingga masih pagi-pagi begini sudah bisa melihat wajah dan mata teduhnya. Sayang, mata itu ditutupi dengan kacamata gelap.
  "Annyeong, Hye Ri, naiklah ke mobil. Kan kita juga mau kesana." ajak Chanyeol yang membuat jantung Hye Ri berdebar tak karuan.
  Belum pernah ia merasa sebahagia ini. Walau hanya dengan ajakan biasa, ia bisa merasakan ribuan kupu-kupu yang terbang di perutnya. Apa ini yang namanya cinta? Kalau begitu, cinta benar-benar indah. Aku bisa merasakan jatuh cinta dalam sekejap.
  "Baiklah."
  ***
  Tepat pada saat mereka datang, gerbang sekolah mereka hampir ditutup oleh satpam.
  Petugas piket berdecak kesal melihat Seo Yeong dan Hye Ri yang menundukkan kepala tanda permintaan maaf padanya.
  "Hampir saja terlambat, untung ada kamu tadi. Gomawo Seo Yeong-ah."
  "Ne, cheonma."
  Tepat saat Hye Ri melewati gerbang sekolahnya, Chanyeol memanggil dari dalam mobil. "Hye Ri, sebentar sore maukah kamu ke rumah kami?"
   "Sebentar yah? Tapi, ibuku memintaku untuk cepat pulang. Katanya ingin ditemani ke mall. Mianhae."
   "Ahh~ ne, gwaenchana, kapan-kapan kamu ke rumah kami lagi ya."
  Pada saat itu juga, satpam penjaga sekolah Hye Ri dan Seo Yeong menatap kesal pada mereka berdua. Hye Ri dan Seo Yeong hanya cekikikan melihat guru piket yang setiap hari menunggu para murid yang terlembat. Terutama mereka berdua.
   "Seo Yeong-ah, kenapa kakakmu mengajakku untuk ke rumah kalian? Yah, kalau masalahnya karena kamu temanku, sih, aku mengerti. Tapi kali ini beda. Dia yang mengajakku, bukan kamu."
   "Menurutmu?"
   "Ah, mollayo."
   Seo Yeong hanya menatap sahabatnya itu dengan senyuman. Senyuman yang memiliki arti. Sebersit rencana muncul dikepala Seo Yeong. Mengingat rencananya membuat Seo Yeong kembali menyunggingkan senyum manisnya.
  ***
   Teng.. Teng.. Teng..
   Bel istirahat berdentang. Siswa kelas 11 IPA-2 pun berbondong keluar kelas. Hye Ri yang senang duduk dibawah pohon rindang di taman sekolahnya. Distulah ia bercerita apapun dengan sahabatnya, Seo Yeong. Jika sedang sendiri, Hye Ri lebih suka duduk sambil membaca novel karya anak Indonesia.
   "Annyeong, Hye Ri." sapa Hyun Ah. Teman kelasnya yang satu ini mempunyai hobby yang sama dengan Hye Ri. Sehingga mereka berdua sering bertemu di perpustakaan sekolah, mapun di toko-toko buku.
   "Annyeong, Hyun Ah. Sedang apa?"
   "Sedang baca novelnya Tere Liye. Itu punya Orizuka yah?"
   "Yap, kamu sudah baca?"
   "Sudah, endingnya tuh, wiih, bikin deg-degan. Pokoknya kamu harus baca sampai habis." Hyun Ah memang sangat senang jika diajak bercerita tentang novel. Dia memang penyuka novel. Hampir setiap hari ia rela-rela ke toko buku hanya untuk membeli beberapa novel. Padahal, jarak antara rumahnya dan toko buku lumayan jauh.
   "Wah, jadi penasaran, mau cepat-cepat selesaikan."
   "Hm, Hye Ri, tadi siapa yang mengantar kalian?"
   "Siapa? Kapan?"
   "Itu, tadi pagi aku lihat kalian berdua diantar seorang laki-laki."
   "Nahlo, kenapa kamu bisa melihat kami? Setahu kami, tadi sudah tidak ada siapa-siapa lagi."
   "Kamu benar-benar yah, tadi aku ada dibelakang kalian. Soalnya ada yang ketinggalan di motorku. Kalian sih, terlalu serius ceritanya sampai-sampai tidak menyadari ada aku dibelakang kalian."
   "Oh, hehehe, maafkan kami. Laki-laki itu kakaknya Seo Young."
   "Aku baru tahu Seo Yeong punya kakak."
   "Aku saja baru tahu kemarin." Hye Ri kembali fokus pada novel yang ada ditangannya. Karena semakin lama perasaannya tidak karuan. Hye Ri sendiri bingung entah apa yang terjadi pada dirinya. Ia selalu ingin tersenyum ketika mendengar nama Chanyeol disebut.
   Tenanglah Hye Ri, sangatlah tidak lucu kalau kamu tersenyum ditempat ini. Ada banyak orang yang akan menertawakanmu. Sebaiknya buang jauh-jauh pikiranmu tentang Chanyeol, sebelum kamu malu sendiri.
***
   Perasaan dan pikiran memang terkadan tidak bisa disatukan. Perasaan berkata ya, sedangkan pikiran berkata tidak. Hal itulah yang sedang dialami oleh Hye Ri. Disatu sisi entah mengapa ia merasa sangat senang apabila sedang memandang wajah Chanyeol. Dan disatu sisi lain ada seorang lelaki yang sudah lama ia idam-idamkan. Telah lama lelaki itu bersarang dihatiya. Lelaki itu yang membuat hari-harinya menjadi lebih berwarna.
   Pada saat itu juga lelaki tersebut menampakkan diri dihadapan Hye Ri sambil mengembangkan senyum termanisnya. Senyuman Hye Ri pun merekah dengan lebarnya.
   Seo Yeong yan menyadari hal tersebut berusaha mengganggu Hye Ri dengan berbagai tuduhan.
   "Hayoo, jangan-jangan kamu jadian dengan Oppa?" tuduh Seo Yeong dengan sekenanya.
   "Mwo??? Aniya. Jinjja. Hei, mengapa kau selalu menuduhku dengan tuduhan yang tidak-tidak?"
   "Jujur sajalah. Aku ini adiknya. Tapi, aku tidak akan pernah setuju jika kakakku pacaran denganmu?"
   Mata Hye Ri terbelalak menatap Seo Yeong. Tega benar seorang sahabat tidak mau menerima kenyataan bahwa kakak dan sahabatnya saling mencintai.
   "Mwooo???" Waee???"
   Seo Yeong tertawa terbahak-bahak sambil menyeka ujung matanya.
   Apanya yang lucu?
   "Yak, mengapa kamu tertawa?"
   "Kamu lucu Hye Ri-ssi, tadi itu aku hanya ingin memancingmu saja. Ternyata, kamu masuk dalam perangkapku."
   "Tapi, apakah benar kamu tidak akan menerimaku sebagai pacar kakak kamu jika suatu saat nanti kami jadian?"
   "Ne."
   "Apanya yang salah?" Hye Ri menggumam. Tetapi, suaranya masih bisa didengar jelas oleh Seo Yeong.
   "Ya sudah, siapa juga yang akan jadian dengan kakakmu?"
   "Jeongmal? Yakseok? Kamu tidak akan pernah jadian dengan kakakku?
   "Ne, Yakseok."
   "Yah, padahal kakakku sangat ingin mengenalimu lebih jauh, Hye Ri-ssi."
   Jinjja. Ige mwoya Seo Yeong-ssi? Kalau urusan mempermainkanku, kamulah jagoannya.

To Be Continued... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar