Entri Populer

Selasa, 01 Januari 2013

Naui Seontaeg part 1



Cast :: Park Chan Yeol, Ma Hye Ri, Oh Sehun, Park Seo Yeong, Kang Hyun Ah
Genre :: Romantic
Author :: Lee Ji Hyun

Terik matahari sudah menjadi hal yang sangat dibenci oleh setiap manusia. Khusunya Ma Hye Ri, ia sangat menjaga kulitnya agar tetap bersih kesat. Tapi, kali ini ia tidak bisa menghindari sinar matahari itu, Hye Ri mendecakkan lidah sambil mengumpat dalam hati penyesalan pada diri sendiri karena ia lupa membawa payung. Meskipun matahari menemani perjalanan Ma Hye Ri ke rumah sahabat barunya.
 "Omooo, mengapa hari ini begitu panas? Apakah matahari sudah membelah diri jadi dua?"
Sambil menyapu keringat yang membasahi dahinya, Hye Ri mencari benda kesayangannya didalam saku celana panjangnya dan mulai menekan nomor telepon sahabatnya.
 "Annyeong, Seo Yeong-ah, aku sudah sampai didepan rumahmu, cepatlah keluar dan buatkan aku minum." Dengan wajah setengah kesal, Hye Ri memutuskan sambungan teleponnya.
Tepat saat Hye Ri menyimpan kembali telepon genggamnya kedalam saku celananya, Seo Yeong sudah berdiri memandang Hye Ri dengan wajah prihatin. Bagaimana tidak, wajah Hye Ri sudah memerah saking putihnya, dan Seo Yeong tahu bahwa Hye Ri sangat membenci sinar matahari.
 "Omoo, unnie neomu babo, apakah unnie benar-benar bodoh atau tidak tahu? Unnie akan terlihat sangat lucu kalau sedang berteman dengan matahari, mengapa tidak membawa payung?"
 "Diamlah Seo Yeong, sekarang biarkan aku masuk dan buatkan aku minuman sebelum aku mati karena kepanasan.", entah Seo Yeong harus prihatin atau kesal pada sikap Hye Ri yang semena-mena menyuruhnya seperti itu.
***
 "Hmm, Seo Yeong-ah, apakah kamu sendirian disini? Dimana ayah dan ibumu?"
 "Ah, mereka sedang menjemput kakakku.", Seo Yeong menjawab acuh tak acuh.
 "Mwoooo?? Kau punya seorang kakak? Aku kira kamu anak tunggal.", dengan mata terbelalak Hye Ri menatap Seo Yeong.
 "Ada apa denganmu Hye Ri-ah? Kau membuatku kaget.", Seo Yeong memang benar-benar terkejut karena tiba-tiba Hye Ri berteriak didepan wajahnya.
Hye Ri meminta maaf kepada Seo Yeong, dan pada saat itu juga, kakak Seo Yeong membuka pintu rumah Seo Yeong dengan wajah yang berseri-seri.
 Wooaaaaaa, senangnya bisa kembali ke rumah, nampaknya ada sedikit perubahan. Dan hei, siapa disana? Wahh, kamu tambah gendut aja.
Seo Yeong yang menyadari kehadiran kakaknya langsung berlari memeluk kakak yang sangat ia sayangi, yang sangat ia rindukan, mimpikan setiap malam. Dan betapa senangnya Seo Yeong ketika melihat wajah kakaknya itu.
 Opppaaaaaaa., Seo Yeong tidak memperdulikan kata-kata kakaknya lagi, yang ia inginkan sekarang hanyalah memeluk kakaknya erat-erat. Rasa rindu yang menyerang lubuk hatinya membuat semuanya begitu suram, sekarang hatinya sudah lega karena telah berjumpa dengan kakak semata wayangnya itu. "Apa kabar?"
 "Aku baik-baik saja saengi.", kakaknya memang sangat bahagia ketika melihat adik kecilnya. "Wah, rumah ini tidak berubah sama sekali."
 "Eo, dan oppa sangat berubah. Mengapa kamu terlihat kurus? Apakah di Amerika kekurangan makanan, hah?", Seo Yeong yang memperhatikan badan kakaknya yang agak kurus. Tubuh kakaknya dulu sangatlah atletis, dia sering mengunjungi gym hanya untuk menyehatkan tubuhnya. Tapi sekarang dia sangat kurus. Entah apa yang dia lakukan disana. Mungkin sibuk mengurus skripsi atau tugas-tugasnya yang lain. Kakaknya itu memang sangat pintar, bayangkan, IP-nya sewaktu kuliah di Universitas Indonesia adalah 3,78. Dia itu tertinggi di kelasnya.
 "Eo, beginilah nasib anak kuliahan.", kakak Seo Yeong sadar bahwa ada seseorang dibelakang adiknya. "Hmm, annyeong, Chanyeol imnida, aku kakaknya Seo Yeong, kamu temannya yah?"
 "Ne, Hye ri imnida. Ma Hye Ri. Aku teman sekolahnya.", Hye Ri bingung pada dirinya sendiri. Ia begitu deg-degan saat tangan Chanyeol dan tangannya bersentuhan. Baru kali ini dia merasakan hal aneh, ia begitu gugup padahal hanya sekedar bersalaman dengan Chanyeol.
 "Oppa, eomma dan appa dimana?"
 "Oh mereka keluar sebentar, katanya mau pergi beli sesuatu. Oh iya, aku harus mandi, mianhae aku harus meninggalkan kalian sebentar."
 "Ahh, gwaenchana oppa."
***
 "Seo Yeong-ah, kau tidak pernah bercerita bahwa kau memiliki seorang kakak yang... yang..."
 "Tampan???"
 "Hm, maksudku, yang...."
 "Ayolah, Hye Ri, semua orang berkata demikian saat bertemu dengan kakakku. Jangan malu-malu, just say it, dan semuanya jelas."
 "Jelas? Maksudmu?"
 "Yaa, bahwa kau, tertarik pada oppa."
 "Ne? Yak, kalau semua ini didengar oleh Sehun, dia bisa menjauh dariku. Dan kau tahu artinya itu? Aku tak punya kesempatan lagi untuk mendekatinya."
 Tepat pada saat itu juga, Chanyeol datang dengan membawa sebuah cangkir yang  berisikan cokelat hangat dan rambutnya yang masih basah.
 "Hm, mianhae, apakah aku mengganggu kalian?", sebenarnya sedari tadi Chanyeol mengintip dari balik pintu kamarnya. Entah perasaan apa yang sedang berkecamuk dalam hatinya. Sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal yang seperti ini, perasaan seakan melayang di udara, kupu-kupu yang bersarang di dalam perutnya. “Eh?”, Chanyeol cepat-cepat menggeleng sebelum pikirannya dikuasai dengan segala sesuatu tentang wanita itu, teman adiknya, Ma Hye Ri.
 “Anio oppa, tapi tadi kenapa kau menggeleng? Ada apa?”, Seo Yeong yang penasaran dengan wajah kakaknya yang tiba-tiba bersemu merah. Ada apa sebenarnya? Apa yang membebani pikirannya?
 “Apakah aku berbuat seperti itu tadi?”, mimik bingung menghiasi wajah datar Chanyeol.
 Seo Yeong kaku mendengar jawaban kakanya, ia sangat bingung, kakaknya tadi berbuat suatu hal yang aneh dimatanya, lalu pipinya tiba-tiba bersemu merah. Seo Yeong berdengus kesal, “Ah, sudahlah, lupakan saja oppa. Apa oppa sudah makan? Mau kubuatkan sesuatu?”
 “Heh? Apa kau sudah pandai memasak? Wah, ditinggalkan sekian lama ternyata ada juga perubahan dalam dirimu adikku.”
 Seo yeong merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya ia mempermalukan dirinya sendiri dihapan kakaknya. Sebenarnya ia belum pandai memasak, meskipun telah diajarkan berulang kali oleh ibunya, tetapi tetap saja tidak ada peruabahan dalam dirinya. “Aku saja yang membuatkan makanan untuk oppa, aku pandai memasak soto ayam, hmm, makanan khas Indonesia. Oppa mau coba? Dijamin rasanya enak.”, seru Hye Ri tiba-tiba dengan mata yang berbinar-binar dan ada sedikit rasa ingin menyombongkan diri dihadapan Seo Yeong.
 “Hm, boleh juga.”
***
 “Wah, siapa yang masak ini? Baunya harum sekali.”, suara yang berseru riang memotong keheningan yang terjadi di ruang makan rumah Seo Yeong.
 Baru saja mereka ingin menyantap hidangan yang telah dibuat oleh Hye Ri, apalagi Seo Yeong yang sangat meragukan kemampuan memasak Hye Ri.
 “Makanya, kalau kau ingin menilaiku, jangan Cuma lihat dari luarnya saja, kenalilah diriku dengan baik. Memangnya selama ini, bagaimana sifatku dimatamu?”
 “Manja,” jawab Seo Yeong yang tanpa basa basi langsung melontarkan kata yang membuat mata Hye Ri terbelalak. Chanyeol yang Cuma bisa diam menatap kedua gadis di depan dengan perasaan senang dan bahgia. Ia juga tak bisa lagi membendung tawanya yang sudah lama ia tahan. Tawa Chanyeol begitu unik, sehingga perdebatan antara kedua gadis di hadapan Chanyeol terhenti.
 “Oppa, kau tahu, salah satu yang kurindukan dari dalam dirimu adalah tawamu yang khas,”
 Chanyeol menatap adiknya dengan sebuah senyum simpul.
 “Nah loh, kenapa tidak ada yang menjawab pertanyaan ibu?”, Tanya ibu yang membuyarkan lamunan Hye Ri.
 “Saya ibu.”, jawab Hye Rid an Seo Yeong yang hamper berbarengan.
 “Heh?”, ibu menatap kedua gadis dihadapannya dengan bingung, sebenarnya siapa yang benar-benar dan siapa yang berbohong?
 Chanyeol cekikikan memandang kedua gadis dihadapannya, baru saja perdebatan mereka terhenti, sekarang malah perdebatan keduanya memuncak lagi. Mungkin bila ada ajang perdebatan antara dua gadis, Seo Yeong dan Hye Ri-lah pemenangnya, tidak ada yang berani menyela mereka selagi mereka masih berdebat.
  “Aduh, tidak penting siapa yang yang membuatnya, yang penting adalah marii kitaa makaaannnnn!!!!!”, seru bahagia Chanyeol memutus perdebatan antara adik dan calon kekasihnya. Apa yang dipikirkannya? Chanyeol lagi-lagi menggeleng dengan wajah yang bersemu merah. Seo Yeong yang memperhatikan kakaknya hanya tersenyum simpul, ia tak mau bertanya lagi pada kakaknya jika hanya jawaban yang tidak jelas yang diberikan padanya.
***
 Pukul 20.00, Ma Hye Ri pamit pulang pada kedua orang tua Seo Yeong. Ia juga berpamitan kepada Chanyeol. Seo Yeong dan Chanyeol mengantar Hye Ri sampai ke pekarangan rumah mereka.
 “Gomawo untuk mala mini Seo Yeong, sebagai tanda terima kasih, bolehkah aku mengantarmu pulang? Tidak baik jika wanita sendirian berjalan pada malam hari.”, mata teduhnya kini terarah pada Seo Yeong, “Seo Yeong, jika ibu mencariku, katakana padanya jika aku mengantarkan Hye Ri pulang.”
 “Hm, oppa, tidak usah, aku bisa sendiri, kau juga pasti capek setalah seharian di pesawat terbang, aku tidak ingin merepotkanmu.”
 “Aku tidak merasa tidak direpotkan, malah aku yang merepotkanmu tadi, ayolah, biarkan aku berbuat kebaikan pada teman adikku,”
 Sebersit senyum khas Hye Ri tersungging di bibirnya. Perasaan senang berkecamuk dengan perasaan heran. Yah, sebenarnya masih terlalu dini untuk mengakui hal tersebut, tetapi lama kelamaan perasaan ini bisa-bisa berkembang jika Chanyeol berbuat hal-hal yang membuat perasaannya bertambah senang.
 Apakah ini takdir? Tapi mengapa takdir ini begitu membingungkan. Aku dihadapkan pada dua pilihan. Chanyeol dan Sehun. Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini, perasaan bahagia berada di dekat seseorang, perasaan tenang dengan hanya memandang wajahnya walau hanya sedetik dan jantung yang tiba-tiba tak karuan ketika menatap matanya.


To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar